Dalam kajian ilmu komunikasi, amarah adalah salah satu bentuk dari
komunikasi seseorang. Ketika seseorang sedang marah, berarti ia sedang
berupaya menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya.
Menurut
kacamata psikologi, amarah adalah bagian dari emosi. Di antara sekian
banyak emosi, amarah dikategorikan sebagai emosi yang negatif. Oleh
karena itu, amarah harus dikendalikan jika kemarahan tersebut dapat
merugikan orang lain dan lingkungan sekitar. Namun tidak selamanya
amarah dapat merugikan orang lain, karena ada saat-saat di mana
kemarahan perlu diekspresikan melalui perilaku. Sebab,
adakalanyaseseorang yang kita ajak bicara baru mengerti maksud yang
ingin kita sampaikan ketika kita marah. Tanpa marah, orang lain malah
menganggap kita main-main atau tidak serius.
Begitu pula
dengan kita, jika marah kepada anak bertujuan untuk menasihati,
kemarahan tersebut diperbolehkan dengan catatan tidak melukai fisik dan
psikis mereka. Namun, jika kemarahan tersebut karena jengkel kepada
mereka, apalagi sampai melukai fisik maupun psikisnya, marah yang
seperti ini yang tidak diperbolehkan dan dilarang dalam Islam, dan kita
harus berusaha mengendalikannya.
Meskipun amarah
merupakan sikap alamiah manusia, tetapi Rasulullah SAW mewanti-wanti
keras kepada orang yang marah untuk dapat mengndalikan diri dan
meredakannya semaksimal mungkin. Karena jika berlanjut, tidak hanya
membahayakan dirinya, namun juga orang lain. Rasulullah bersabda, "Orang
yang kuat bukanlah orang yang kuat bertarung, melainkan orang yang
mampu mengendalikan diri saat diselimuti kemarahaan." (HR. Muslim)
Untuk
itu Islam menghimbau kepada manusia untuk mengendalikan, meredakan,
bahkan menghindari amarah melalui beberapa hadis Rasulullah SAW:
- Membaca
ta'awudz ketika marah. Rasulullah pernah mengajarkannya kepada dua
sahabat yang saling mencaci dengan mengatakan, "Sesungguhnya aku akan
ajarkan kalian suatu kalimat yang jika diucapkan akan hilanglah
kemarahan kalian, yaitu bacaan A'uudzubillaahi minasysyaithaannirrajiim
(aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk)." (HR.
Bukhari)
- Mengubah posisi ketika marah. Jika posisi kita saat marah datang
ketika kita berdiri, dianjurkan untuk duduk. Namun ketika posisi kita
saat marah datang ketika kita duduk, maka dianjurkan untuk berbaring.
Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang di antara kalian marah,
sedangkan ia dalam posisi berdiri, hendaklah ia duduk. Jika telah reda
marahnya (maka cukup dengan duduk saja), dan jika belum reda, hendaklah
ia berbaring." (HR. Abu Daud)
- Diam atau tidak berbicara. Rasulullah bersabda, "Apabila di antara kalian mara, diamlah." (HR. Ahmad)
- Berwudhu. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya marah itu datang dari
setan dan setan itu diciptakan dari api, dan api itu dapat padam jika
direndam dengan air, maka apabila di antara kalian marah, berwudhulah."
(HR. Ahmad)
- Melakukan Shalat. Rasulullah bersabda, "Ketahuilah, sesungguhnya
marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya
kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa
yang mendapatkan hal itu (amarah), hendaklah ia bersujud (shalat)." (HR.
Tirmidzi)
Title : Amarah Dan Cara Mengendalikannya
Description : Dalam kajian ilmu komunikasi, amarah adalah salah satu bentuk dari komunikasi seseorang. Ketika seseorang sedang marah, berarti ia sedang ...