Alkisah, pada zaman dahulu kala,
hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian
memanah yang tiada tandingannya. Suatu hari, sang panglima ingin
memperlihatkan keahliannya memanah kepada rakyat banyak. Lalu diperintahkan
kepada prajurit bawahannya agar menyiapkan papan sasaran serta 100 buah
anak panah.
Setelah
semuanya siap dan perangkat memanah sudah di tangannya, sang panglima
pun memasuki lapangan dengan penuh percaya diri yang tinggi.
Sesaat
kemudian sang panglima
mulai menarik busur dan melepas satu persatu anak panah itu ke arah
sasaran. Shut..shut...shut... anak-anak panah pun tertancap tepat di
sasarannya. Rakyat pun bersorak sorai dan bersuit-suit menyaksikan
kehebatan sang panglima dalam memanah.
Sungguh luar biasa! Seratus kali anak panah dilepas, 100 anak
panah tepat mengenai sasaran.
Dengan wajah berseri-seri penuh kebanggaan, panglima berucap,
"Rakyatku, lihatlah panglimamu Saat ini, keahlian memanahku tidak ada
tandingannya di seantero negeri ini. Bagaimana pendapat kalian?"
Semua penonton berteriak memuji, "Hebat..! Hebat..! Hebat..!"
Namun di sela-sela teriakan pujian tersebut, tiba-tiba menyeruak seorang penjual minyak yang sudah tua. Ia menyeletuk keras,
"Panglima memang hebat! Tetapi, kepandaian panglima
itu hanyalah keahlian yang didapat dari kebiasaan kecil yang dilatih terus-menerus!"
Sontak
panglima dan penonton yang tadi meneriakkan puji-pujian memandang
dengan tercengang ke arah orang tua penjual minyak tadi. Mereka
bertanya-tanya, apa maksud perkataan orang tua tersebut. Penjual minyak
itu tahu perkataannya barusan mendapat reaksi kurang bersahabat.
"Tunggu sebentar!" ujarnya sambil tiba-tiba beranjak dari
tempatnya, lalu mengambil sebuah uang koin kuno yang mempunyai lubang kecil
di tengahnya. Koin itu dia letakkan di atas mulut botol guci minyak yang
kosong. Lalu dengan penuh keyakinan, ia mengambil gayung berisi minyak si penjual minyak dan menuangkannya dari atas melalui lubang kecil
di tengah koin tadi. Tak berapa lama botol guci pun terisi penuh. Hebatnya, tidak ada
setetes pun minyak yang mengenai permukaan koin tersebut!
Panglima
dan penonyon tercengang. Lalu mendadak bersorak-sorai menyaksikan
demonstraksi keahlian tersebut. "Hebat...hebat...luar biasa!" teriak
mereka.
Dengan penuh kerendahan hati, si
tukang penjual minyak itu membungkukkan badan memberi hormat kepada sang panglima sambil
mengucapkan kalimat bijaknya, "Itu hanya keahlian yang didapat dari
kebiasaan yang terlatih! Kebiasaan yang diulang terus menerus akan
melahirkan keahlian."
Sang panglima pun manggut-manggut dan membalas salam hormat dari si orang tua penjual minyak.
Dari
cerita tadi, kita bisa mengambil satu hikmah yaitu, kebiasaan adalah
kekuatan. Artinya, semakin sering kita melakukan sesuatu hal, maka
penguasaan dan keterampilan kita atas hal tersebut pasti akan semakin
bagus pula. Apalagi jika kita menjadikannya sebagai kebiasaan, dan dalam
menjalankannya ada usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas kemampuan,
maka keahlian kita pasti meningkat pula.
Alhasil,
sesuatu yang semula tidak bisa kita lakukan, sesuatu yang tampak begitu
sulit, akhirnya menjadi mudah bahkan bisa berjalan secara otomatis.
Orang lain yang tidak bisa melakukannya akan menganggap keahlian yang
diperoleh dari kebiasaan tersebut sebagai sesuatu yang istimewa.
Demikian
pula dalam hal mengembangkan diri, kita membutuhkan karakter sukses.
Karakter sukses hanya bisa terbentuk melalui kebiasaan-kebiasaan positif
seperti berpikir positif, antusias, optimis, disiplin, menepati janji,
tanggung jawab dan lain sebagainya, yang terus menerus dipertahankan dan
dikembangkan dari waktu ke waktu secara berkesinambungan.
Mari kita pastikan untuk melatih, memelihara dan mengembangkan kebiasaan
berpikir sukses dan bermental sukses, sehingga
karakter sukses yang telah terbentuk akan membawa kita pada puncak kejayaan di setiap perjuangan kehidupan kita.
Title : Seri Kisah : Kebiasaan Yang Diulang
Description : Alkisah, pada zaman dahulu kala, hidup seorang panglima perang yang terkenal karena memiliki keahlian memanah yang tiada tandingannya. Su...