Menurut
Dr. Yusuf Al-Qardhawi, dalam bukunya yang mengupas tentang taubat,
mengutip pengarang buku Qutul Qulub, yang menjelaskan pembagian manusia
berkaitan dengan taubat. Taubat dibagi empat golongan, dan setiap
golongan mempunyai kedudukan tersendiri.
1.
Orang yang bertaubat dari dosa kemudian tidak terbesit di dalam hatinya
untuk mengulang kedurhakaannya, tetapi mengganti keburukan-keburukannya
dengan amal shaleh. Inilah yang disebut taubatan nashuha. Sebagaimana
yang dufirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala: "Hai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nashuha.
Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkanmu ke dalam Jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai,
pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin
yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di
sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: 'Ya Rabb kami,
semprnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Al-Qur'an surat At-Tahrim ayat
8).
Jiwa
orang semacam ini adalah jiwa yang rido dan penuh ketentraman
(muthmainnah mardhiyah). "Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada
tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridoi-Nya. Maka masuklah ke jannah
hamba-hamba-Ku, masuklah ke surga-Ku." (Al-Qur'an surat Al-Fajr ayat
27-30).
2.
Orang yang berusaha untuk tidak berbuat dosa, tekadnya tidak ingin
melakukan tapi tidak dapat menghindarinya, boleh jadi ia terpengaruh
oleh keburukan dan kesalahannya, tapi cepat sadar untuk bertaubat
kembali, dia termasuk orang yang difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala:
"(Yaitu) Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji
yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil." (Al-Qur'an surat An-Najm
ayat 32).
Ini
disebut jiwa lawwamah, sering tarik-menarik antara melakukan kesalehan
dan keburukan (sepanjang dosa itu tidak termasuk kategori dosa besar),
ia selalu kembali minta ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Orang
ini sering berdo'a dan meminta ampun pada Allah karena sadar dirinya
sering menganiaya dirinya sendiri, sebagaimana difirmankan Allah
Subhanahu wa Ta’ala: "Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu
memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain dari pada Allah?"
Di antara dosa besar itu sebagian diterangkan dalam Al-Qur'an surat Al-Furqan ayat 68.
3.
Orang yang berdosa lalu bertaubat, kemudian berdosa lagi, lalu
menyesalinya. Dia melakukan itu dengan sadar dan sengaja, lebih
mementingkan dosa daripada ketaatan, selalu berandai-andai untuk
bertaubat. Lebih banyak digerakkan hawa nafsunya, dikuasai kebiasaan dan
kelalaiannya. Memang dia bertaubat di sela-sela dosa yang dilakukannya,
akan tetapi mengulangi lagi dosanya. Taubatnya hanya menghapus
kesalahan dari satu waktu ke lain waktu.
Ini
disebut jiwa musawwilah, yaitu mencampur amal saleh dengan keburukan,
orang semacam ini masih bisa diharapkan kesalahan-kesalahannya yang
lampau terhapus oleh kebaikannya. Tapi keadaan ini dikhawatirkan akan
berubah-ubah karena ia terus-menerus melakukan kesalahan.
4.
Orang yang keadaannya paling buruk adalah orang yang berbuat dosa lalu
mengulang dosa yang sejenisnya atau bahkan melakukan yang lebih besar,
tidak berniat bertaubat, tidak berjanji untuk berubah, tidak takut
ancaman dan peringatan.
Ini
disebut jiwa ammarah, ruhnya senantiasa melarikan diri dari kebaikan,
tidak takut su'ul khatimah (kesudahan yang buruk). Orang semacam ini
banyak didapatkan di kalangan muslim.
Semoga
kita dapat terhindar dari sandungan yang akan menjauhkan penerimaan
taubat di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan semoga kita termasuk
golongan yang senantiasa bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala) berkat karunia dan rahmat-Nya. Amin. Wallahu a'lam
bishshawwab.
Title : Pembagian Manusia Berkaitan Dengan Taubat
Description : Menurut Dr. Yusuf Al-Qardhawi, dalam bukunya yang mengupas tentang taubat, mengutip pengarang buku Qutul Qulub, yang menjelaskan pembagia...